02/11/08

kota kota kuno dunia

















Kota Kuno Pingyao
中国国际广播电台 Bulan Desember tahun 1997, kota Pingyao dicantumkan oleh Unesco ke dalam daftar warisan budaya dunia karena perkembangan budaya, sosial, ekonomi dan agamanya yang luar biasa dan lengkap.
(Dinding Kota Kuno Ping Yao Yang Megah)
  Pingyao adalah sebuah kota kabupaten yang bersejarah lama di Provinsi Shanxi, Tiongkok tengah. Kota kecil yang sudah bersejarah lebih 600 tahun itu dihuni penduduknya generasi demi generasi tanpa banyak dikenal dunia luar. Kini, wisatawan mancanegara sudah banyak berdatangan ke kota ini karena perkembangan pariwisata, khususnya setelah Pingyao dicantumkan ke dalam daftar warisan budaya dunia. Kota kuno Pingyao berbentuk persegi, luasnya hanya 2,25 kilometer persegi. Jalan arah utara selatan yang membelah pusat kota itu menjadi garis poros yang lurus, bersama dengan jalan arah timur barat membentuk jaringan perhubungan yang teratur rapi. Bangunan-bangunan kantor pemerintah dan kuil beratap glasir warna kuning dan hijau serta rumah-rumah bergenteng warna hitam melambangkan semacam perbedaan derajat sosial.
(Jalan Kuno Perbelanjaan Dinasti Ming dan Dinasti Qing di Kota Kuno Ping Yao)
  Meski bangunan utama dan tata ruang kota kuno Pingyao sekarang ini dibangun lebih 600 tahun yang lalu, namun telah mencerminkan cara berpikir orang Tiongkok selama ribuan tahun ini terhadap tata ruang kehidupan. Bangunan rumah penduduk kota kuno Pingyao berbentuk rumah berhalaman segi empat gaya Tiongkok utara. Cirinya yang paling khusus ialah rumah utamanya mempertahankan bentuk rumah gua di daerah Tiongkok barat laut. Sebagian besar pintu dan jendela dihias dengan ukiran kayu yang sangat halus. Belasan motif tradisional menunjukkan kegemaran dan kekayaan pemilik rumah. Rumah penduduk biasa di Pingyao sekarang ini kebanyakan adalah dibangun pada dinasti Ming dan Qing lebih 600 tahun yang lalu, sampai sekarang masih terdapat lebih 400 rumah halaman penduduk di kota kuno itu yang masih terpelihara dengan baik. Selama lebih setengah abad ini, warga Pingyao hidup tenteram di kota kuno ini. Dalam sejarah Tiongkok, kota-kota selalu dikelilingi tembok, begitupun Pingyao tanpa terkecuali. Di kota kuno Pingyao sekarang ini masih terdapat tembok kota kuno, dan telah menjadi sebuah lanskap yang menjadi obyek wisata. Konon sekitar 2.800 tahun silam, penguasa pada waktu itu menempatkan pasukannya di Pingyao dan membangun sebuah garis pertahanan dengan bahan tanah. Itulah bentuk awal tembok kota kuno Pingyao. Tahun 1370, tembok kota Pingyao digantikan oleh bangunan konstruksi batu dan bata. Tembok sepanjang lebih 6.000 meter dan tinggi 12 meter yang terbentang di kota Pingyao sekarang ini pada pokoknya seara utuh memperlihatkan wajah asli tembok kota kuno Pingyao.
(Bekas Tempat Kamar Dagang Ri Sheng Chang, Kamar Dagang Lama di Kota Kuno Ping Yao)
  Bahwasanya jauh pada zaman dinasti Qing tahun 1823, di kota Pingyao berdiri sebuah perusahaan pengiriman dan penukaran uang yang pertama di Tiongkok "Rishengchang" namanya, dengan bentuk transfer mengubah sistem pembayaran tunai yang tradisional, sehingga mempunyai arti membuat zaman dalam sejarah keuangan zaman modern Tiongkok, menandakan munculnya bentuk awal industri keuangan tipe baru di Tiongkok zaman modern. Jalan Barat kota Pingyao yang dulu merupakan "Jalan Keuangan", kini masih tetap merupakan jalan yang berjajar toko-tokonya. Rumah-rumah yang rendah di kedua sisi jalan, meski sudah tampak dimakan usia, namun tidak kehilanan daya hidupnya. Toko-toko itu masih tetap ramai seperti sedia kala seolah seperti keadaannya 100 tahun lebih yang lalu. "Rishengchang", perusahaan pertama di Tiongkok yang bergerak di bidang transfer uang, deposito dan kredit itu tersisip di antara deretan toko-toko tersebut. Perusahan yang kelihatan kurang megah itu dulu adalah pusat keuangan raksasa yang jaringan bisnisnya melingkupi dalam dan luar negeri. Pada pertengahan abad ke-19, perusahaan pengiriman dan penukaran uang mencapai masa jayanya di Tiongkok, dan sebagian terbesar dari perusahaan itu berasal dan Provinsi Shanxi, jumlahnya mencapai 40 lebih, sedang 22 di antaranya berada di Pingyao. Dapat dibayangkan, seratus tahun yang lalu, di jalan pertokoan sepanjang seratus meter itu, para bankir masa awal di Tiongkok menciptakan keajaiban akumulasi kekayaan dalam bentuk perusahaan pengiriman dan penukaran uang. Bangunan-bangunan di kota Pingyao seperti tembok kota, jalan, rumah penduduk, toko dan kuilnya pada pokoknya masih terpelihara utuh. Masyarakat setempat cukup polos dan sangat memperhatikan perlindungan kotanya. Mereka merasa bangga dengan kotanya.

























































































Kota Kuno Lijiang
中国国际广播电台 Kota Lijiang terletak di Propinsi Yunnan, Tiongkok Barat Daya. Dari awal pembangunannya, Kota Lijiang sudah menunjukkan keistimewaannya yang berbeda dengan kota-kota lain di pedalaman Tiongkok. Di Kota Lijiang tidak terlihat tembok dan gerbang yang tinggi besar, di dalam kota juga tidak terdapat jalan-jalan yang teratur rapi. Di Kota Lijiang hanya terlihat bangunan dan jalan yang sebagaimana adanya dan adat istiadat istimewa. Dan kesemua ini merupakan alasan terbaik Bagi Kota Lijiang tercantum dalam Daftar Warisan Budaya Dunia.
(Bangunan Perumahan Kota Kuno Lijiang)
Kota kuno Lijiang mulai dibangun pada akhir abad ke-12. Kota ini terletak di dataran tinggi 2400 meter di atas permukaan laut dengan luasnya mencapai 4 kilometer persegi. Di Kota Lijiang terdapat belasan etnis, antara lain, Naxi, Susu, Pumi, Han, Bai, Yi dan Tibet. Di antaranya jumlah penduduk etnis Naxi kira-kira menempati 70%.
(Kota Kuno Lijiang)
(Jalan Lama di Tengah Kota Kuno Lijiang)
"Kota air dan air kota" adalah ciri khas kota kuno Lijiang. Danau Heilongtan di sebelah utara kota adalah sumber utama air kota Lijiang. Air Heilongtan mengalir dari utara ke selatan dengan berliku-liku dan setelah memasuki kota, air itu melahirkan banyak anak sungai yang tak terbilang banyaknya yang mengalir berbelok-belok menelusuri tembok rumah atau menyeberangi jalan-jalan dan lorong kecil. Dengan demikian, di dalam kota itu terbentuklah pemandangan jaringan air yang mengalir melintas dan menembus jalan, lorong dan gedung. Di atas jaringan air itu, terdapat 354 buah jembatan batu dan jembatan kayu yang aneka ragam. Banyaknya jembatan di kota kuno itu tak ada taranya di Tiongkok.
(Pemandangan Kota Kuno Lijiang)
Etnis Nanxi sejak dahulu kala menciptakan kebudayaannya yang unik, yaitu Kebudayaan Dongba yang mendapat namanya karena tersimpan di dalam Agama Dongba etnis Naxi. Kebudayaan Dongba terutama terdiri dari huruf Dongba, Kitab Dongba, Lukisan Dongba, Musik Dongba, Tarian Dongba dan aneka ragam upacara ritual.
Huruf Dongba adalah aksara piktografis dan terdiri dari 1400 huruf yang dipakai sampai sekarang, sehingga Huruf Dongba dijuluki sebagai satu-satunya akasa piktografis yang masih hidup di dunia, dan dianggap sebagai warisan budaya berharga seluruh umat manusia. Huruf Dongba menarik perhatian kalangan ilmu internasional pada tahun 1970-an dan penelitinya sekarang banyak sekali.
Kitab Dongba adalah buku agama yang ditulis dengan huruf Dongba. Sekarang jumlahnya kira-kira 40 ribu jilid. Buku itu selain disimpan di Tiongkok, juga terdapat di Amerika, Inggris dan Prancis. Di antaranya, di Perpustakaan Kongres Amerika dan Perpustakaan Universitas Harvard terdapat 4000 jilid.
Kitab Dongba sangat kaya isinya, merupakan bahan berharga bagi penelitian pikiran filsafat, agama dan adat istiadat, sosial, sejarah, etika, hubungan antar etnis, kesusastraan, kesenian dan bahasa zaman kuno etnis Naxi.
Lukisan Dongba secara kasar terbagi menjadi tiga macam, yaitu Lukisan Papan, Lukisan Kertas dan Lukisan Gulungan. Di antaranya, Lukisan Gulungan paling terkenal. Lukisan Peta Jalan Dewa adalah karya representatif Lukisan Dongba. Panjangnya 14 meter dan isinya terbagi menjadi tiga alinea, yang masing-masing melukiskan surga, dunia manusia dan neraka. Di lukisan itu terdapat 400 lebih tokoh, dewa, Budha, setan dan binatang. Lukisan itu bergaya kasar, sederhana dan menarik.
Musik Dongba juga disebut sebagai Musik Lijiang Dongjing dan berasal dari musik Agama Dao etnis Han yang hidup di bagian tengah Tiongkok. Pada pertengahan abad ke-15, musik etnis Han itu diimpor oleh etnis Naxi dan berangsur-angsur menjadi musik klasik khas etnis Naxi dan dijuluki sebagai "fosil hidup" musik. Upacara ritual Dongba mempunyai 50 lebih macam, di antaranya upacara sembahyang langit, sembahyang angin dan sembahyang panjang umur adalah tiga upacara yang berskala besar.
(Ibu Etnis Naxi "di Senja Kala")
(Gapura di Pinggir "Jalan Segiempat)
Kota Kuno Lijiang sudah mempunyai sejarah selama 800 tahun lebih. Jaringan jalan yang tak teratur di dalam kota serta bangunan yang dibangun mengikuti jalannya geografi menambah daya hidup dan keharmonisan bagi kota tersebut. Gaya kota itu sangat langka di antara kota-kota kuno Tiongkok. Penduduk etnis Naxi beserta etnis-etnis lainnya menciptakan kebudayaan yang cemerlang, yang tercermin pada jalan-jalan, gapura, sungai, jembatan maupun perumahan, semuanya memperlihatkan etika kebudayaan dan etika kesenian etnis Naxi, memanifestasikan isi mendalam sejarah dan kebudayaan.
(Pemandangan di Teluk Pertama Sungai Yangzi, Lijiang)
Tahun 1997, kota kuno Lijiang tercantum sebagai warisan budaya dunia. Menurut ahli Komisi Penilaian Warisan Dunia, kota kuno Lijiang adalah tempat permukiman padat etnis-etnis minoritas yang mempunyai arti penting. Kota itu memberikan bahan berharga bagi penelitian sejarah pembangunan kota dan sejarah perkembangan etnis umat manusia, merupakan warisan budaya yang berharga, sekaligus kekayaan Tiongkok bahkan dunia.

Tidak ada komentar: